Tujuh belas Agustus tahun empat lima,
Itulah hari kemerdekaan kita..bla..bla..bla..
Begitulah lirik lagu kebangsaan indonesia. pada tanggal 17 agustus masyarakat indonesia biasanya berbondong-bondong merayakan hari tersebut. saya sendiri sebenarnya jarang ikut serta dalam hal ini tapi dilingkuangan saya di jawa, masyarakat kompak menyambut hari kemerdekaan tersebut. teman saya ada yang nyeletuk. “orang-orang disini baru kelihatan kompak kalo pas mau 17 agustusan” dalam hati saya jawab, “bener”. bukan hanya di wilayah jawa, bahkan di derah-daerah lain juga kurang lebih sama. disepanjang jalan pasti kita akan melihat bendera merah putih dengan manik manik seperti lampion. berbagai jenis perlombaan meriahnya luar biasa. disini saya pendatang, tidak tau harus ikut serta dari mana tapi hanya melihat kemeriahannya saja seolah2 saya juga menjadi bagian dari acara tersebut.
Sejarah indonesia tidak dibangun seperti membalik telapak tangan. perjuangan para pendahulu kita rela mengorbankan nyawa demi kesejahteraan saya, kamu, dan kita semua. mungkin kamu sering diajarkan tentang sejarah indonesia dibangku sekolah, faktanya buku hanya menceritakan sebagian kecil dari sejarah yang sebenarnya.
berikut ini kisah-kisah unik yang mungkin tidak dijelaskan di sekolah. kamu wajib tau.
Tiang bendera
Event upacara bendera di Indonesia biasanya dilakukan setiap hari Senin ataupun saat memperingati hari-hari nasional. Upacara ini memang identik dengan pengibaran bendera Merah Putih oleh Paskibraka. Tiang bendera haruslah kokoh dan kuat agar bendera dapat berkibar dengan gagah. Sehingga seringkali tiang bendera terbuat dari besi yang kokoh.
Namun tahukah kamu, ternyata tiang bendera yang digunakan saat upacara pertama kali setelah Indonesia merdeka hanyalah menggunakan tiang yang terbuat dari bambu. Bendera Pusaka pertama tersebut dinaikkan di rumah Soekarno yang berada di Jalan Pengangsaan Timur No. 56, Jakarta, sesaat setelah Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Saat itu Bendera dinaikkan pada tiang bambu di mana bambu tersebut digunakan dengan cara diberi tali dan ditanam beberapa langkah saja dari teras rumah. Pengibaran bendera dilakukan oleh Paskibraka yang dipimpin oleh Kapten Latief Hendraningrat. Walaupun hanya menggunakan tiang bambu, namun suasana upacara sangat khidmat sembari menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan lantang.
Naskah Proklamasi
Pembuatan naskah proklamasi di dalam buku sejarah memang diceritakan bahwa naskah dibuat oleh Soekarno dan Hatta di kediaman Laksamana Maeda setelah melalui diskusi yang cukup panjang. Naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ditulis tangan oleh Bung Karno dan didikte oleh Bung Hatta sekitar pukul 4 pagi pada 17 Agustus 1945. Setelah selesai, Bung Karno kemudian memberikan naskah itu kepada para pemuda yang berkumpul di rumahnya. Naskah itu selanjutnya diketik oleh Sayuti Melik.
Namun ternyata, menurut seorang yang mengaku bekas tentara buatan Jepang, Pembela Tanah Air (PETA) bernama Andaryoko menyatakan jika setelah naskah asli yang didikte dan ditulis oleh Bung Karno dan Bung Hatta itu diketik oleh Sayuti Melik, naskah tulisan tangan tersebut sempat dibuang ke tong sampah oleh Sayuti Melik karena dianggap tidak diperlukan lagi. Untungnya naskah tersebut diselamatkan oleh BM Diah, seorang putera asal Aceh yang juga adalah tokoh pers, pejuang kemerdekaan, diplomat, dan pengusaha Indonesia. Takut akan dibuang kembali, Diah pun menyimpan naskah asli proklamasi itu selama 49 tahun lamanya sebelum akhirnya diserahkan ke pemerintah pada 29 Mei 1992.
Namun ada juga cerita versi lain yang menyatakan kalau setelah Sayuti Melik menunjukkan naskah proklamasi hasil ketikannya kepada Bung Karno, Bung Karno menanyakan naskah asli tulisan tangannya. Setelah ditanyakan tentang keberadaan naskah aslinya, Andaryoko menceritakan bahwa Sayuti Melik langsung mencari kertas tulisan tangan Soekarno dan menyetrikanya agar bisa utuh seperti semula. Hingga saat ini naskah asli tersebut disimpan di Arsip Nasional.
Bung Karno jatuh sakit
Persiapan naskah proklamasi sangat menguras jiwa dan tenaga Bung Karno hingga ia jatuh sakit. Faktanya saat proklamasi diucapkan, tepatnya pada 17 Agustus 1945, penyakit malaria yang diderita Bung Karno kambuh. Bahkan ia masih tertidur pulas dua jam sebelum pembacaan proklamasi.
Pada akhirnya Soekarno tetap membacakan naskah proklamasi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Pada pukul 10.00 WIB, bersama Bung Hatta, ia mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia di hadapan masyarakat Indonesia yang saat itu berkumpul di depan teras rumahnya. Sejumlah kendala teknis pun menghiasi, seperti misalnya mikrofon yang tiba-tiba tidak berfungsi lantaran kabelnya terinjak para pengunjung yang ingin menyaksikan peristiwa bersejarah tersebut.
Rekaman ulang suara Soekarno
Pembacaan naskah teks proklamasi adalah peristiwa bersejarah yang sangat penting. Karena hal tersebut menandakan kemerdekaan bangsa Indonesia. Pernahkah kamu mendengar suara asli Bung Karno yang biasanya diputar di media-media ataupun di museum-museum bersejarah, seperti contohnya Monumen Nasional (Monas)?
Banyak yang mengira suara Bung Karno pada rekaman tersebut adalah suara asli Bung Karno pada saat pembacaan naskah proklamasi yang sudah di sebar luaskan. Padahal sebenarnya, suara tersebut bukanlah suara asli yang direkam langsung saat pembacaan proklamasi pada 17 Agustus 1945, melainkan sekitar tahun 1950 atau sekitar 5 tahun setelah kemerdekaan.
Jika bukan karena Jusuf Ronodipuro yang merupakan pendiri RRI, meminta Presiden Soekarno kembali merekam pembacaan teks proklamasi kemerdekaan. Maka, sekarang kita tidak dapat mendengar suara Soekarno saat membacakan naskah proklamasi. Karena Soekarno beranggapan pembacaan teks proklamasi hanya berlaku satu kali dan tidak bisa diulang, maka hanya akan dibacakan satu kali saja.
Argumentasi Jusuf membuat Bung Karno berpikir ulang mengenai keputusannya. Hingga akhirnya Bung Karno setuju suaranya direkam sekali lagi pada saat membacakan naskah proklamasi. Setelah sesi rekaman itu barulah Teks proklamasi mulai digandakan pada tahun 1959 hingga sekarang akhirnya bisa kita dengar.
Perintah pertama Soekarno sebagai Presiden RI
Sehari setelah kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan Soekarno sebagai Presiden RI dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden RI pertama.
Setelah ditetapkan, perintah pertama Soekarno sebagai seorang Presiden ternyata bukan lah membentuk kabinet, mempersiapkan rapat, ataupun menetapkan kebijakan penting lainnya. Perintah pertamanya ternyata adalah memesan 50 tusuk sate ayam!
Yap, konon kala itu pada saat perjalanan pulang Soekarno melihat pedagang sate. Tanpa pikir panjang, ia langsung memerintahkan tukang sate untuk membuatkan 50 tusuk sate untuknya. Ia pun langsung memakannya dengan berjongkok di pinggir parit.
Konon masih banyak hal-hal dan kisah unik yang terjadi di balik peristiwa kemerdekaan Republik Indonesia. Di balik kisah unik tersebut marilah kita selalu mengingat jasa para pahlawan kita yang berjuang dan rela mati untuk memerdekakan Bangsa Indonesia.