fbpx
Get In Touch
Ketintang, Surabaya. 60231,
ask@zainalmultazam.com
Ph: +62 85706611112
Work Inquiries
ask@zainalmultazam.com
Ph: +62 85706611112
Back

Kenapa sulit sekali bilang TIDAK

Pernahkah anda mengatakan iya kepada seorang teman atau rekan kerja padahal seharusnya anda tau anda berkata tidak? jika itu yang sering terjadi dan anda sulit untuk mengatasinya tulisan ini mungkin akan membuka pikiran anda. ada segerombolan alasan kenapa kita sering jatuh dilubang yang sama:

  • untuk sebuah status sosial yang tinggi. padahal orang lain kalo dipikir gak ada yang peduli. aduh, boro-boro peduli, kenal aja baru sebulan
  • pergi ke suatu tempat yang sebenernya gak pengen, bareng orang-orang yang tidak kita sukai, hanya karena mereka menginginkannya?
  • ke suatu acara yang tidak penting bertemu orang baru bahkan mungkin kita tidak akan pernah bertemu kembali?
  • untuk apa pun yang kita tahu tidak akan membuat kita bahagia, tetapi tetap aja kita dengan berat hati menyetujuinya

Mengapa kita sering melakukan kebodohan itu? Mengapa kita secara sengaja melakukan hal-hal yang membuat kita tidak bahagia? mengapa padahal sudah tau gak pengen tapi tetap aja bilang iya. kenapa kita kok kalo dipikir-pikir bodoh.

Dengan mengatakan ya, kita adalah orang yang mengalah dan membuat orang lain menang atas diri kita.


beranikah kita untuk memberi tahu rekan kerja bahwa kita tidak mau makan siang bareng mereka hari ini? beranikah kita untuk mengatakan tidak kepada orang-orang yang sedang membutuhkan kita namun kita tidak bisa.

memang, kita berusaha untuk tidak memutuskan hubungan, saya tau anda ingin sekali punya hubungan baik dengan banyak orang. meskipun terpaksa paling tidak kita berusaha untuk membuat orang lain bahagia. kesalahan ini sering terjadi berulang sampai menjadi kebiasaan. tidak heran jika nampaknya kita lebih bodoh dari seekor kuda.

Tanpa sadar kita tidak mengatakan tidak karena mereka berhasil mengusai diri kita

Kebutuhan adalah akar dari persoalaan ini. kita menyetujuinya karena kita butuh mereka dan mereka membutuhkan kita, istilahnya simbiosis mutualisme. bahkan dengan mengorbankan kebahagiaan kita sendiri, kita mengatakan iya.

Di lingkungan sosial pada hakikatnya kehidupan ini ditentukan atas pendapat orang lain. i know, kita ingin terlihat baik untuk semua orang. kita ingin bertindak baik supaya terlihat baik dimata orang lain. gak banyak orang yang gak peduli sama pendapat orang lain. di instagram misalhnya, kita memamerkan mobil mewah, piknik, makan direstoran mahal hanya ingin terlihat bahagia. kita memberi atau membantu orang lain di instastory supaya nampak terlihat baik. soal niat tidak ada yang tau, paling tidak kita ingin memberi tau orang lain.

Saya sering melakukan itu, saya tau seharusnya saya mengatakan tidak namun perasaan gak enak membuat saya harus berkorban. bro bagaimana kalo kita sebaiknya ngopi ganteng di cafe sebrang. hemmm a aa a nu.. oke deh ayo berangkat. rencananya hanya sebentar ternyata berjam-jam. efeknya pekerjan hari ini yang seharusnya selesai jadinya selesai besok. pekerjaan besok selai lusa. pekerjaan lusa baru selesai bulan depan. arrgghh,, you were wasting my time brohh

Seperti sosial media, hidup kita benar-benar ditentukan oleh tombol like dan komen. Jika Anda melakukan sesuatu yang baik, anda akan mendapatkan banyak like, Jika Anda melakukan sesuatu yang tidak begitu baik, peringkat Anda turun secara eksponensial karena kita sering mengabaikan follower.

Kita ingin disukai karena kita ingin menjadi top of mind ketika muncul dilingkungan sosial. Kita ingin disukai sehingga kita diundang ke acara bergengsi. Kita ingin disukai karena kita takut diacuhkan dilingkungan sekitar.

Jadi kita tidak mengatakan tidak, karena orang-orang memiliki kekuatan sosial atas diri kita. Kita mati-matian berusaha untuk bersaing dan melindungi peringkat sosial. karena semua yang kita lihat telah menunjukkan kepada kita bahwa hal-hal baik akan datang kepada mereka yang disukai.

Apakah kita seharusnya melakukan itu?

Jawaban yang saya temukan ketika saya bertanya pada diri sendiri, adalah tidak.

Saya tidak melihat hasil yang besar, saya tidak bahagia setiap kali saya menempatkan diri saya dalam situasi di mana saya dengan menyesal mengatakan ya.

Jadi saya mulai mengatakan ya pada diri saya sendiri, dan tidak kepada beberapa orang.

Tidak Saya tidak bisa. ada beberapa pekerjaan yang harus saya kerjaan hari ini.

iya  saya ingin tinggal di rumah dan membaca buku dari pada nongkrong.

Hasilnya, saya lebih bahagia, kurang stres, dan memiliki hubungan yang lebih tulus dengan orang-orang . Karena saya menghabiskan lebih sedikit upaya mencoba memasang keputusan palsu, waktu yang saya habiskan bersama orang-orang akhirnya menjadi lebih berharga di kedua ujungnya – menumbuhkan interaksi yang lebih bermakna.

Awalnya susah untuk memaksakan diri untuk tidak mengatakan ya. Saya sangat khawatir saya akan terpengaruh secara negatif dalam beberapa hal jika saya mengatakan tidak. 

Berhentilah peduli tentang apa yang dipikirkan orang, atau bagaimana mereka akan bereaksi. fokuslah pada diri sendiri. pikirkan dampak ketika anda mengatakan iya kepada orang lain

hidup bukan lagi tentang merebut perhatian orang dan terlihat baik. Saya berhenti memikirkan interaksi sosial dalam kedudukan status sosial, dan saya mulai menjadi diri saya sendiri.

pada akhirnya akan ada beberapa orang mulai menjauh, beberapa yang lain bisa saling menghormati. tetapi yang lebih penting dari itu semua  saya bisa berdamai dengan diri saya sendiri.


Mengatakan tidak pada hal-hal yang tidak membuat saya bahagia adalah kunci untuk menjadi lebih bahagia dengan diri saya sendiri, semua orang di sekitar saya, dan kehidupan itu sendiri.

Tinggalkan Komentar