fbpx
Get In Touch
Ketintang, Surabaya. 60231,
ask@zainalmultazam.com
Ph: +62 85706611112
Work Inquiries
ask@zainalmultazam.com
Ph: +62 85706611112
Back

Ibu gak punya uang buat beli kopi, nak.

Dulu sewaktu kecil aku gak banyak minta sama orang tua. Mencoba menjadi anak yang sederhana. Karena aku tau ketika aku minta sesuatu ke abah (alm), dia pasti akan mengabulkan apapun yang di inginkan anaknya.

“Aku pengen beli jajan ini” ucapku penuh manja. Abah mengambil uang dari dalam saku bajunya. Aku tetap diam walau aku tahu itu adalah uang terakhirnya.

Terlihat dari kerut dahinya penuh cemas ia bingung bagaimana hidup keluarga kami kedepannya. Tapi abah lega melihatku gembira. Mengunyah jajan kesukaanku. Aku tahu dia sering mengorbankan dirinya demi kami.

Abah tidak mengajarkan kata terimakasih seperti orang tua pada umumnya. Dia cenderung pendiam dan lebih suka menunjukkannya melalui tindakan. Aku hanya bisa mengucapkan terimakasi didalam hati walau aku tahu dia tidak akan mendengarnya.

Aku suka minum es kopi susu. Salah satu brand yang aku suka yaitu es kopi “lain hati”. Aku lupa sudah berapa kali minum kopi disini. Biasanya aku pesen kopi susu yang ditambahkan gula aren. Itu adalah kopi kesukaanku.

Aku sudah mempostingnya barusan di insta story. Bentuk kopinya sepertu itu. Lalu aku menaruh smartphone dan melanjutkan pekerjaan didepan laptopku. Ada Seorang anak berusia sekitar 7 tahun membuka pintu coffe shop. Menggunakan telunjuknya menunjukkan minuman yang dia inginkan.

Aku melihat keluar dari kaca ada seorang ibu dengan perawakan kumuh. Aku pikir mungkin dia adalah pembantunya. Ibu itu mencoba masuk lalu berkata pada anak itu “Ayo keluar, jangan pesen”

Anak itu tetap memaksa ibu ini untuk membelikan es kopi yang dia mau sambil mrengek. “Mbak, bikinin air putih tambah es batu ya” ucap ibu ini ke pelayan coffee shop tersebut.

Seketika aku berhenti mengetik. Aku melihat anak itu. Aku jadi ingat ketika aku masih kecil dulu. Tak banyak yang bisa dipahami anak di usia 7 tahun. Mereka hanya ingin dituruti apa yang mereka mau.

Wajah pelayan coffe shop terlihat kebingungan apa yang harus dia lakukan. Mau usir gelandangan ini rasanya gak enak tetapi mereka berlama-lama didalam akan bikin pelanggan tidak kerasan. “Kak, buatin apapun yang anak ini mau ya. Ini uangnya” pelayan coffee shop itu menerima uang dariku dan memperlakukan anak itu dengan sopan.

Aku menlanjutkan pekerjaanku berharap ibu dan anak itu merasa nyaman. Ibu itu berdiri didepan pintu terlihat kaku bingung antara senang anaknya bisa minum es kopi dan malu berada didalam coffee shop diantara banyak orang.

Aku gak tau apakah cerita seperti ini adalah riya. Aku hanya berempati kepada mereka. Aku jadi ingat masa kecilku dulu tak seperti anak ini. Walau keluarga kami susah tapi abah (alm) selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya.

Aku gak tau apakah ibunya memperlakukan anak itu dengan baik atau tidak, tapi setidaknya aku ingin menuruti apa yang anak itu mau sebagaimana kemauan anak-anak pada umumnya. Kopi sudah ditangannya terlihat anak itu sepertinya gembira dan ibunya tergesa-gesa membuka pintu sambil mengucapkan “terimakasih mas”. Mereka pergi entah kemana.

Kadang aku ingin sesekali masuk kedalam sel-sel otak mereka. Melihat apa yang ada didalamnya. Atau sesekali ikut tidur bersama diemperan jalan agar aku tau apa sebenernya yang mereka rasakan selama ini. Membayangkannya saja aku takut apalagi menjalani hidup seperti itu. Bersyukurlah buat kita yang masih bisa hidup nikmat.

Walau setress dengan tumpukan pekerjaan tapi masih bisa tidur dikasur yang empuk. Walau capek dengan macetnya jalan tapi masih bisa makan enak. Untuk kamu yang masih belum jadi orang tua, kerja keraslah mulai dari sekarang. Biar nanti pas waktunya, kamu bisa mencukupi semua yang anakmu mau. kamu Mampu memberikan makanan yang dia mau danmampu memberikan pendidika yang dia inginkan.

Setidaknya kamu bisa menjadi kebanggaan anakmu kelak. Mungkin suatu saat nanti anakmu akan menjadi orang sukses yang berpengaruh. Itu tidak akan pernah tejadi tanpa didikanmu, tanpa kerja kerasmu. Semoga kita kelak menjadi orang tua yang terbaik.

Tinggalkan Komentar